Aku berjalan ke pintu pagarnya dan kulihat Aling menutup pintunya. Ketika aku membuka pintu pagar kulihat bayangan di balik korden jendela.
Aku putuskan apa salahnya mencoba keberuntunganku malam ini. Aku akan kembali masuk ke dalam rumahnya dan berdalih mengambil sesuatu yang tertinggal. Belum sempat aku mengetuk pintu, Aling telah membuka pintu dan menarik tanganku ke dalam rumahnya. Aku tahu saat ini aku tidak bisa mengelak lagi.
Begitu pintu tertutup, maka Aling sudah berada dalam pelukanku. "Kalau aku salah tangkap atas sikapmu maafkan aku dan aku akan pulang, namun...," kataku memancingnya. Belum selesai aku berbicara, Aling telah mencium pipiku dan membalas memelukku. "Kamu sadar Ling, kemana arah kita ini?" tanyaku lagi. "Aku sangat sadar dan menginginkanmu malam ini. Please... Anto," ia mendesah. Kucium bibir tipisnya dengan lembut. Ia membalasnya dan lama kelamaan ciuman kami sudah menjadi lumatan yang ganas.
Lidahku menerobos masuk ke dalam ke mulutnya dan menyapu langit-langit mulutnya. Aling menggeliat dan membalas ciumanku dengan membalas mendorong lidahku. Lidahnya kusedot dan tanganku mulai bekerja di dadanya. Kuremas dadanya dengan lembut. Payudaranya masih terasa padat. Jariku menjalar dari dada ke arah perut terus ke bawah hingga ke pahanya. Kuusap pahanya dari luar celana pendeknya.
Lidahku kini beraksi menggelitik lubang telinganya. Aling mulai membuka kancing kemejaku satu per satu. Ketika semua kancing kemejaku sudah terlepas, maka ia mengusap dadaku dan merebahkan kepalanya. Aku memeluknya sambil berjalan ke kamarnya. Sambil berjalan kuusap pinggulnya. Tubuhnya padat dan kencang.
Sampai di dalam kamar kusapukan bibirku ke lehernya dan pelan-pelan bergerak ke bawah sambil menciumi dan menjilati leher mulusnya. Aling semakin merepatkan tubuhnya ke tubuhku, dadanya yang padat menekan keras dadaku. Dengan perlahan ia melepas bajuku. Kembali diiusap -usapnya dadaku dan putingku dijilatinya dengan lembut. Kusingkapkan kausnya dan kubuka lewat kepalanya. Payudaranya tertutup BH warna merah yang tampak kontras sekali dengan warna kulitnya. Tangannya menarik ritsluitingku dan kemudian membuka celana panjangku. Tanganku pun tak mau kalah membuka celana pendeknya. Aku mendorongnya ke ranjang dan kutindih tubuhnya. Tanganku bergerak ke punggungnya dan membuka BH -nya. Dadanya kini terbuka polos di hadapanku. Buah dadanya membulat cukup besar dan kencang dengan putingnya yang berwarna kemerahan mengeras dan berdiri tegak.
Muluku menyusuri wajah, bibir dan lehernya. Aling mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Sesekali lidahku membalas mendorong lidahnya. Kami saling memilin lidah dan berpagutan ganas hendak menuntaskan gairah birahi yang semakin meninggi. Tanganku memilin puting serta meremas payudaranya. Tanganku bergerak ke bawah dan menarik celana dalamnya. Ia sedikit mengangkat pantatnya agar memudahkanku melepas celana dalamnya. Payudaranya yang sebelah kiri kuisap dan kujilati, sementara yang sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian berganti -ganti
Aling mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit. Kuamati sejenak kulit tangannya dan tanganku. Terasa sangat kontras, kulitku coklat gelap sementara kulitnya putih mulus khas bangsa Chinese. "Upps... Anto. Ououououhhh... Nghgghhh, Anto ayo teruskan... Ouuhhh... Anto" Aling melenguh.
Payudaranya kukulum habis. Aling menggoyang -goyangkan kepalanya menahan desakan kenikmatan. Kucium lehernya sampai ke tengkuk. Akupun sudah tidak tahan. Kejantananku sudah mengeras, siap untuk menuntaskan gairah yang terpendam. Tangannya menurunkan celana dalamku sampai ke paha dan dengan kakinya ia melepas celana dalamku. Ia berbisik di telingaku, "To, pakai kondom. Ambil di bawah bantal. Sorry, tapi aku tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi. Lain kali aku akan pakai kontrasepsi lainnya, mungkin kurang nikmat namun kali ini tidak ada cara lain
Kuambil kondom di bawah bantalnya dengan muka heran. Ia tersenyum, "Jangan berpikiran yang bukan -bukan. Selama ini aku tidak menyimpan kondom di rumah, tapi kamu ingat kalau aku tadi singgah ke apotik kan?" Kurobek pembungkusnya dan segera kupasang kondom dengan rapi di penisku yang sudah sangat keras. Kukocok sebentar untuk meyakinkan ketegangan penisku. Perlahan kumasukkan kejantananku ke dalam liang kemaluannya. Ketika kepala penisku sudah melewati bibir guanya maka kudorong dengan satu hentakan keras sehingga ia melenguh. "Uuuhhh... Anto... Auuw," katanya. Kudorong kejantananku dengan keras dan penuh tenaga. Kini kejantananku sudah bergerak maju mundur di dalam lorong kenikmatannya.
Kucabut kemaluanku, kutahan dan kukeraskan ototnya kemudian pelan-pelan kugesekkan dan kemudian kumasukkan kepalanya saja ke bibir guanya yang lembab dan merah. Aling terpejam menikmati kontraksi kemaluanku pada bibir kemaluannya. "Hgggk... Ouhhh.. Nikmat To..." Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai mentok ke rahimnya. Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai lima hitungan kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas.
Aling menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kami sama-sama mengalami kenikmatan yang luar biasa. Kusedot payudaranya sampai ke pangkalnya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.
Aku pernah dengar bahwa kemaluan wanita Chinese lebih basah dan becek dibandingkan milik wanita Melayu. Ternyata memang benar. Vagina Alingpun terasa becek dan sangat licin. Kuraih tissue di atas kepala ranjang. Kucabut kejantananku sesaat dan kulap vaginanya dengan tissue. Aling kelihatannya tidak suka, namun kubisikkan. "Sorry Ling, terlalu basah. Ditambah dengan memakai kondom, sangat jauh kenikmatan yang kuharapkan". Iapun mengerti, namun dengan cepat ia meraih kejantananku dan langsung mengarahkannya pada vaginanya. Pantatnya naik menyambut penisku. Kini keadannya agak lumayan, meskipun belum sepenuhnya memenuhi keinginanku. Aku lebih mengandalkan kontraksi penisku untuk menstimulirnya.
Kami sama-sama bergerak untuk mendapatkan kenikmatan. Semakin lama gerakan kami semakin cepat dan liar. Dalam posisi kemaluanku terbenam seluruhnya aku menciumi bibir, leher dan payudaranya serta menggerakkan otot kemaluan. Aling bergetar menggigil menahan kenikmatan.
Ia menggigit dadaku dan tangannya memukul-mukul punggungku seperti histeris. "Auuhkhh... Terus... Teruskan.. Anto.. Nikmat.. Ooh" Kakiku bergerak sehingga kedua kakiku berada dalam posisi di luar kedua kakinya.. Aku menghentikan kontraksiku dan mulai menggenjot lagi. Aling seperti seekor kuda betina dari padang gurun. Tubuhnya seakan melonjak-lonjak dan sukar dikendalikan. Akhirnya tidak ada suara apapun di dalam kamar itu selain desah napas kami yang memburu beradu dengan suara paha bertemu dan derit ranjang. Keringat sudah membanjir di tubuh kami. Kupacu kuda betinaku mendaki lereng terjal kenikmatan. Kami saling memagut, mencium dan menjilati bagian tubuh pasangan kami. Kubuka lagi kedua kakinya, kini kakinya yang membelit pinggangku. Matanya terpejam dan mulutnya setengah terbuka seperti ikan di dalam kolam yang kering. Badannya menggantung di tubuhku.
Kini aku siap untuk menembakkan peluruku. "To... Anto, sebentar lagi Anto... Aku mau sampai". "Ling Ouh... Akupun juga sayang, kita sama-sama..." "Sekarang To sekarang... Ouuhhh" Aku merasakan aliran yang kuat menerjang keluar dari lubang kejantananku. Aku mengejang ketika aliran kepuasan tersebut membersit keluar.
"Anto... Agghhh" kakinya menjepit kakiku dan mengejang sehingga kejantananku seperti tertarik mau keluar dari vaginanya. Aku tetap menekan pinggulku menahan agar penisku tetap berada dalam vaginanya. Matanya terpejam, tangannya meremas rambutku, mulutnya mengerang menyebut namaku. Kemaluan kami masih saling berdenyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi menyusul napas kami yang mulai teratur. Kami saling membersihkan diri di bawah shower.
Ketika kembali ke kamar ia memintaku untuk menginap di rumahnya saja.
Akupun menyanggupinya, sudah terlanjur basah jadi biar basah sekalian.
Toh besok pagi-pagi masih bisa mandi basah. Kami tidur berdampingan. Kepalanya disandarkan di bahuku. Berkali-kali ia mengecup pipi dan bibirku. "Thanks untuk malam ini Anto. Aku masih menginginkannya lagi". "Kamu sering melakukannya Ling?" Aku bertanya asal saja. Aku tidak peduli dengan jawabannya, bahkan jika ia tadi siangpun baru bersetubuh dengan orang lain. "Jujur saja, sejak di Jakarta aku pernah beberapa kali melakukannya dengan pria Chinese. Namun kali ini luar biasa. Baru sekali ini aku melakukannya dengan pria Melayu". "Ok, aku akan memuaskanmu malam ini. Kita istirahat dulu sebentar. Satu hal yang perlu diingat, bahwa kita, atau saya khususnya, melakukan ini just for fun. Tidak ada komitmen atau ikatan apapun". Aling hanya diam saja tanpa mengeluarkan komentar. "Ling -ling, kamu tahu artinya kata 'lingga' ?" tanyaku. "Nggak tuh". "Lingga dalam bahasa Sanskerta artinya adalah penis. Pantas saja penisku ingin merasakannya". "Jahat kamu. Akkhh, jahat sekali kamu!" Ia memukul dan mencubitku. Kami masih ngobrol sampai setengah jam kemudian ketika mulutnya mulai menciumi dan menyusuri leherku. Ia menindihku dan menciumku dengan ganas. "Anto... Please... lagi.. Yuk". Mulutnya terus bergerak ke bawah dan tahu -tahu Aling menjilati batang kejantananku dan mengisap buah zakarku. Kupalingkan mukaku ke samping untuk menahan rangsangan dan kugigit ujung bantal.
Tiba -tiba secara refleks meriamku mengencang hingga hampir merapat di permukaan perutku ketika lidah Aling mulai menjilat kepalanya. Kukencangkan otot perutku sehingga meriamku juga ikut bergerak dan berdenyut -denyu t. "Hmmm... Keras dan berdenyut. Pantas saja luar biasa nikmatnya," komentar Aling sambil terus melakukan aktivitasnya.
Kuangkat kepalaku dan kulihat Aling sedang asyik menjilat, menghisap dan mengulum meriamku. Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar