Sabtu, 16 Mei 2015

Gairah Birahi Liar Tante Dewi

Kisah ini terjadi beberapa waktu yang lalu, saat saya masih kuliah, ini adalah awalnya kenapa saya lebih menyukai wanita yang lebih tua, mungkin karena mereka lebih matang dan berpengalaman dalam hal bermain sex, tetapi saya selalu berhati-hati dalam memilih wanita/ Tante untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Nah! semoga para pembaca dapat menikmati cerita saya. Saya bernama Andre (22 tahun) mahasiswa, sedang menyelesaikan mata kuliah terakhir dan bersiap untuk mengambil skripsi, karena hanya tinggal 2 mata kuliah yang masih harus kuperbaiki nilainya jadi aku sudah mulai jarang ke kampus, hanya seminggu 2 kali, sekarang aku akan mulai menceritakan kejadiannya. ***** Matahari bersinar sangat terik hari ini aku ada kuliah, tetapi rasanya udara sangat panas, ruang kuliah yang biasanya sejuk menjadi terasa pengap. “Wah enaknya selesai kuliah pergi ke Mall,” pikirku. Setelah kuliah yang membosankan selesai, aku langsung berangkat ke Mall PondOk Indah, “Seharian suntuk mendengarkan dosen berceloteh, tapi setelah berada disini, ahh.. rasanya segar sekali.” Kunikmati berjalan-jalan di PIM dan tanpa terasa perutku sudah merasa lapar, aku berjalan menuju ke food court, setelah duduk dan memesan makanan, tiba-tiba mataku tertuju kepada 3 orang Tante yang berada diseberang mejaku. “Sexy dan cantik juga,” pikirku. Mataku tidak bisa lepas dari 3 Tante tersebut, terutama yang memakai baju ketat warna merah, kuperkirakan umurnya 35-40 th, tingginya kurang lebih 1.60, rambutnya dicat warna, dengan payudara yang besar serta pantat yang bulat ditunjang dengan tubuhnya sexy. “Waduh jadi pusing kepala atas dan bawah, nih,” kataku. Setelah selesai makan aku langsung menuju ke tOko buku karena takut tambah ‘pusing’, selesai membaca sebuah buku, aku ingin keluar dari tOko buku. Eh.. ternyata Tante-Tante yang tadi, mau masuk ke tOko buku juga, aku langsung mengurungkan niat untuk keluar dari tOko buku, kulihat Tante berbaju merah itu sedang mencari buku sedangkan teman-temannya sedang memilih buku tulis (mungkin untuk anak-anak mereka) kemudian kudekati Tante tersebut dengan sOk yakin. “Halo Tante Mila apa khabar.” Tante itu terkejut mendengar suaraku. “Maaf ya, kayaknya kamu salah orang.” Aku pura-pura terkejut, “Aduh maaf Tante, habis dari belakang persis kaya Tanteku sih.” Kemudian Tante itu hanya tersenyum dan berkata, “Tante atau Tante?” Aku kemudian tersenyum dan langsung kualihkan pembicaraan, “Lagi cari buku apa Tante? ee.. saya boleh tahu namanya enggakk?” “Tante Dewi,” jawabnya. Selanjutnya kami mulai berbincang-bincang, tetapi mataku tidak dapat lepas dari payudaranya yang sangat menantang, sampai tiba-tiba ada suara dibelakangku. “Waduh, siapa nih?” ternyata teman-temannya Tante Dewi. “Oo.. ini keponakanku, eh.. mau kemana kalian?” Sambil tertawa mereka menjawab, “Kita enggak mau ganggu reuni keluarga ah, kamu pulang sendiri aja ya Dew”. Tante Dewi hanya mengangguk saja tanda setuju, setelah teman-temannya pergi, Tante Dewi mengajakku ke sebuah restoran. Sambil menikmati minuman, Tante Dewi bercerita tentang dirinya, singkat cerita, Tante Dewi baru saja pulang dari kelas Aerobik bersama-sama temannya (pantas bodynya masih yahud) dan sekalian mampir mencari buku untuk anaknya, selain itu dia juga menceritakan kehidupan keluarganya. Tante Dewi mempunyai suami yang berada di Kalimantan, sedang membuka usaha perkayuan sejak 3 tahun yang lalu dan hanya pulang setahun sekali karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Sedangkan di rumah Tante Dewi hanya ditemani oleh 2 anak laki-lakinya yang berumur 3 dan 5 tahun serta seorang pembantu dan 1 babysister. Mengetahui hal itu aku langsung berpikir, “Wah jarang ML dong Tante, kesempatan nih”. Tiba-tiba Tante Dewi berkata, “Tante kayaknya enggak bisa lama-lama, harus pulang karena nanti sore ada arisan, jadi Tante mau siapin semuanya dari sekarang biar ada waktu untuk istirahat.” “Baik Tante, ini nomor saya kalau Tante mau ketemu lagi sama saya.” “Ok, ini nomor HP Tante, tapi jangan telepon dulu ya, biar Tante yang telepon kamu.” Akhirnya kami berpisah dan Tante Dewi berjanji akan menelepon aku. Seminggu telah berlalu dan selama itu aku sebetulnya sangat ingin meneleponnya tetapi karena sudah berjanji untuk tidak menghubunginya jadi aku hanya menunggu sambil berharap, sore harinya HPku berbunyi, kulihat nomornya. “Ternyata Tante Dewi!” dan langsung kujawab, “Halo Tante” “Halo juga ini Andre?” “Iya, ini Tante Dewi kan?” “Iya, kamu ada acara nanti sore?” “Enggak ada tante, mau ketemu?” “Kita ketemu di Mc Donald Thamrin jam 5 sore, bisa enggak?” “Ok Tante, kalau gitu aku siap-siap deh, sekarang sudah jam 4.” “Ok Andre, sampai ketemu disana ya.” Aku sempat bingung, kok kayaknya Tante Dewi terburu-buru dan tiba-tiba langsung mengajak ketemu. “Ah, nanti juga tahu kalau sudah ketemu.” Tepat jam 5, kami bertemu dan langsung mencari tempat duduk. Tante Dewi yang memulai pembicaraan, “Kamu bingung ya? Kok tiba-tiba sekali Tante ajak kamu ketemu, sebetulnya enggak ada apa-apa. Cuma ingin ngobrol aja sama kamu, abis teman-teman Tante sedang keluar kota.” “Untung pada keluar kota, kalau tidak Andre enggak akan ditelepon sama Tante” jawabku. “Iya enggak dong say, nomor kamu sempat hilang, jadi Tante cari-cari dulu untung ketemu, jadi Tante bisa langsung hubungi kamu.” Kami mengobrol kurang lebih selama 1/2 jam dan Tante Dewi bicara, “Ndre, cari tempat istirahat yuk.” Aku nyaris enggak percaya mendengar kalimat yang indah itu, dan langsung aku mengangguk mengiyakan, Tante Dewi hanya tertawa kecil, “Kamu kaya anak kecil deh,” kata Tante Dewi. Kemudian kami menuju tempat parkir dan pergi dengan mobilnya mencari tempat yang bisa disewa untuk beberapa jam. Setelah memesan dan masuk kamar, Tante Dewi langsung membuka bajunya. “Ndre, Tante mandi dulu ya, kalau kamu mau mandi, nyusul aja.” Mendengar itu aku langsung secepat kilat membuka baju dan berlari ke kamar mandi, disana aku melihat pemandangan yang sangat indah. Tante Dewi sedang membasuh badannya di bawah shower dan terlihat jelas tubuhnya benar-benar terawat. Walau sudah mempunyai 2 anak tetapi tubuh Tante Dewi sangat terjaga, payudara dengan ukuran kurang lebih 36B masih terlihat kencang, pantat yang bulat dan berisi benar-benar membuat penisku langsung bangun dengan cepat. Sambil menyabuni tubuhnya Tante Dewi melirik ke arah selangkanganku dan berkata, “Ndre, lumayan besar juga penis kamu.” Sebetulnya ukuran penisku biasa saja hanya 12,5 cm tetapi mungkin karena ngaceng berat jadi terlihat besar. “Jadi mandi enggak? Kok bengong aja? Sabunin punggung Tante dong..” Aku langsung mendekat dan memeluk Tante Dewi, kuciumi lehernya sambil tanganku menggesekkan klitorisnya. “Wah besar nih klitoris Tante dan lebat juga jembutnya” kataku dalam hati, dan ini membuat birahiku semakin tinggi dan semakin ganas. Kujilati leher dan punggung Tante Dewi “Ndree.. Tante minta disabunin, kok malah diciumi tapi.. ahh.. terus sayang, Ndre isep tetek Tantee..” Aku langsung menuju ke teteknya dan dengan rakus kuhisap putingnya sambil lidahku menggelitik. Tante Dewi semakin menggelinjang dan dia menarik-menarik penisku dengan kuat, sempat kaget dan sakit, tetapi lama kelamaan terasa enak. Setelah puas menghisap payudaranya lalu aku pindah menjilati perutnya, pusarnya dan akhirnya tiba dibukit kecil yang lebat hutannya, mulai kujilati bukit itu dan kuhisap klitorisnya sambil sesekali kugigit pelan. “Aah..! Gila kamu Ndre..! Diapakan Tante? Enakk.. sekali sayang,” sambil tangannya menjambak rambutku, Tante Dewi terus mendesah. Kuhisap terus klitoris itu, sambil tanganku meremas- remas payudaranya yang besar. Terus kulakukan ‘foreplay’ itu, sampai akhirnya aku berdiri dan kutarik tangannya untuk keluar dari kamar mandi dan menuju ke tempat tidur. Kulanjutkan mengisap klitorisnya dan kumasukkan jariku kedalam vaginanya. “Aah.. yess.. Ndre terus say” “Ughh.. yang kuat say, Tante rasanya mau keluar!” Aku semakin semangat memainkan lidahku di klitorisnya dan tidak lama kemudian terdengar erangan yang panjang, “Ahh.. Ndree..! Tante keluar..!” Terasa di mulutku cairan yang terasa asin dan langsung kujilat sampai habis. “Bagaimana Tante?” “Thanks Andre kamu bisa buat Tante puas, rasanya sudah lama Tante tidak merasakan orgasme.” Kemudian Tante Dewi berbaring dan aku peluk dengan erat, dia merebahkan kepalanya di dadaku, aku mencium keningnya dan dia membalas dengan menciumi bibirku. Lama kami berciuman dengan penuh gairah dan terasa birahinya mulai timbul kembali. “Mana penismu say, Tante mau puasin kamu.” Tanpa menunggu lagi kusodorkan ‘adikku’ yang dari tadi sudah lama menunggu untuk digarap, dengan tangan yang mungil, Tante Dewi mulai mengocok penisku dan dimasukkan ke mulutnya. “Uh.. enak sekali Tante.” “Nikmati ya say, ini baru mulai kokm” kata Tante Dewi. Sambil mendesah manja, aku merasa ujung penisku dimainkan oleh lidahnya yang terus berputar dan sambil dihisap. “Tante sudah.. nanti aku keluarr..!” Tanpa memperdulikan kata-kataku dia terus memainkan penis dan bijiku sampai aku akhirnya tidak tahan dan.. “Tantee.. aku keluar!” Tante Dewi melepaskan penisku dari mulutnya dan mengocoknya dengan kuat sambil mulutnya membuka “Croot.. croott..!” Keluarlah spermaku yang langsung mengenai muka dan masuk ke dalam mulut Tante Dewi yang langsung ditelan. Sambil membersihkan mukanya yang penuh dengan spermaku, mulutnya sesekali mengisap penisku yang mulai mengecil. Kemudian kami beristirahat dalam keadaan bugil, 1/2 jam kemudian birahiku timbul kembali, kucumbui secara perlahan Tante Dewi yang masih tertidur, lama-lama terdengar desahan yang sangat menggairahkan, “Mmhh.. uh.. Ndre kamu mau lagi?” “Iya Tante, enggak pa-pa kan?” tanyaku “it’s Ok honey, I’m ready to make love with u”, Kami melakukan 69 style, Tante Dewi melepaskan kocokannya dan berdiri diatas selangkanganku. Lalu ia mulai jongkOk sambil mencari penisku untuk dimasukkan ke dalam lubang vaginanya yang telah basah, setelah posisi kami enak dan penisku telah didalam vaginanya dia mulai naik turun dan mendesah dengan hebat. “Aah.. ahh.. Ndre enak sekali!” Lalu kami berganti posisi menjadi ‘doggy style’, sambil maju mundur penisku di dalam vaginanya kumasukkan juga jempol tanganku kedalam lubang anusnya. “Nghh.. Nddre.. terus masukin jarimu ke anus Tante say.” Tidak lama kemudian kulepaskan penisku dan kucoba masukkan kedalam lubang anusnya, auw! sempit sekali pelan-pelan kutekan terus. “Say.. terus masukin penismu..!” Dan akhirnya masuk semua penisku dan kutarik lagi secara perlahan dan kumasukkan lagi dan terus menerus bergantian antara lubang anusnya dengan vaginanya sampai akhirnya. “Tante, Andre mau keluar!” “Keluarin dimulut Tante saja” Kutarik penisku dan kumasukkan kedalam mulutnya sambil dihisap, tangannya memainkan bijiku dan “Ahh! croot.. croot..” Keluar semua spermaku ke dalam mulutnya dan dia terus mengisap penisku, ngilu rasanya tetapi nikmat sekali. “Andre sayang, kamu enggak nyeselkan make love dengan Tante yang sudah tua ini?” tanya Tante Dewi. “Ah tidak Tante, Andre malah bersyukur bisa bertemu dengan Tante karena andre mendapat pengalaman baru.” Karena kelelahan kami akhirnya tertidur dan tidak lama kami pulang ke rumah masing-masing setelah sebelumnya membuat janji untuk bertemu kembali. Hingga saat ini, terkadang kami masih bertemu tetapi tidak selalu berhubungan intim karena waktu yang kurang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar