Kisah ini terjadi beberapa waktu yang lalu, saat saya masih
kuliah, ini adalah awalnya kenapa saya lebih menyukai wanita yang lebih tua,
mungkin karena mereka lebih matang dan berpengalaman dalam hal bermain sex,
tetapi saya selalu berhati-hati dalam memilih wanita/ Tante untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Nah! semoga para pembaca dapat menikmati cerita
saya. Saya bernama Andre (22 tahun) mahasiswa, sedang menyelesaikan mata kuliah
terakhir dan bersiap untuk mengambil skripsi, karena hanya tinggal 2 mata
kuliah yang masih harus kuperbaiki nilainya jadi aku sudah mulai jarang ke
kampus, hanya seminggu 2 kali, sekarang aku akan mulai menceritakan
kejadiannya. ***** Matahari bersinar sangat terik hari ini aku ada kuliah,
tetapi rasanya udara sangat panas, ruang kuliah yang biasanya sejuk menjadi
terasa pengap. “Wah enaknya selesai kuliah pergi ke Mall,” pikirku. Setelah
kuliah yang membosankan selesai, aku langsung berangkat ke Mall PondOk Indah,
“Seharian suntuk mendengarkan dosen berceloteh, tapi setelah berada disini,
ahh.. rasanya segar sekali.” Kunikmati berjalan-jalan di PIM dan tanpa terasa
perutku sudah merasa lapar, aku berjalan menuju ke food court, setelah duduk
dan memesan makanan, tiba-tiba mataku tertuju kepada 3 orang Tante yang berada
diseberang mejaku. “Sexy dan cantik juga,” pikirku. Mataku tidak bisa lepas
dari 3 Tante tersebut, terutama yang memakai baju ketat warna merah,
kuperkirakan umurnya 35-40 th, tingginya kurang lebih 1.60, rambutnya dicat
warna, dengan payudara yang besar serta pantat yang bulat ditunjang dengan
tubuhnya sexy. “Waduh jadi pusing kepala atas dan bawah, nih,” kataku. Setelah
selesai makan aku langsung menuju ke tOko buku karena takut tambah ‘pusing’,
selesai membaca sebuah buku, aku ingin keluar dari tOko buku. Eh.. ternyata
Tante-Tante yang tadi, mau masuk ke tOko buku juga, aku langsung mengurungkan
niat untuk keluar dari tOko buku, kulihat Tante berbaju merah itu sedang
mencari buku sedangkan teman-temannya sedang memilih buku tulis (mungkin untuk
anak-anak mereka) kemudian kudekati Tante tersebut dengan sOk yakin. “Halo
Tante Mila apa khabar.” Tante itu terkejut mendengar suaraku. “Maaf ya, kayaknya
kamu salah orang.” Aku pura-pura terkejut, “Aduh maaf Tante, habis dari
belakang persis kaya Tanteku sih.” Kemudian Tante itu hanya tersenyum dan
berkata, “Tante atau Tante?” Aku kemudian tersenyum dan langsung kualihkan
pembicaraan, “Lagi cari buku apa Tante? ee.. saya boleh tahu namanya enggakk?”
“Tante Dewi,” jawabnya. Selanjutnya kami mulai berbincang-bincang, tetapi
mataku tidak dapat lepas dari payudaranya yang sangat menantang, sampai
tiba-tiba ada suara dibelakangku. “Waduh, siapa nih?” ternyata teman-temannya
Tante Dewi. “Oo.. ini keponakanku, eh.. mau kemana kalian?” Sambil tertawa
mereka menjawab, “Kita enggak mau ganggu reuni keluarga ah, kamu pulang sendiri
aja ya Dew”. Tante Dewi hanya mengangguk saja tanda setuju, setelah
teman-temannya pergi, Tante Dewi mengajakku ke sebuah restoran. Sambil
menikmati minuman, Tante Dewi bercerita tentang dirinya, singkat cerita, Tante
Dewi baru saja pulang dari kelas Aerobik bersama-sama temannya (pantas bodynya
masih yahud) dan sekalian mampir mencari buku untuk anaknya, selain itu dia
juga menceritakan kehidupan keluarganya. Tante Dewi mempunyai suami yang berada
di Kalimantan, sedang membuka usaha perkayuan sejak 3 tahun yang lalu dan hanya
pulang setahun sekali karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Sedangkan
di rumah Tante Dewi hanya ditemani oleh 2 anak laki-lakinya yang berumur 3 dan
5 tahun serta seorang pembantu dan 1 babysister. Mengetahui hal itu aku
langsung berpikir, “Wah jarang ML dong Tante, kesempatan nih”. Tiba-tiba Tante
Dewi berkata, “Tante kayaknya enggak bisa lama-lama, harus pulang karena nanti
sore ada arisan, jadi Tante mau siapin semuanya dari sekarang biar ada waktu
untuk istirahat.” “Baik Tante, ini nomor saya kalau Tante mau ketemu lagi sama
saya.” “Ok, ini nomor HP Tante, tapi jangan telepon dulu ya, biar Tante yang
telepon kamu.” Akhirnya kami berpisah dan Tante Dewi berjanji akan menelepon
aku. Seminggu telah berlalu dan selama itu aku sebetulnya sangat ingin
meneleponnya tetapi karena sudah berjanji untuk tidak menghubunginya jadi aku
hanya menunggu sambil berharap, sore harinya HPku berbunyi, kulihat nomornya.
“Ternyata Tante Dewi!” dan langsung kujawab, “Halo Tante” “Halo juga ini
Andre?” “Iya, ini Tante Dewi kan?” “Iya, kamu ada acara nanti sore?” “Enggak
ada tante, mau ketemu?” “Kita ketemu di Mc Donald Thamrin jam 5 sore, bisa
enggak?” “Ok Tante, kalau gitu aku siap-siap deh, sekarang sudah jam 4.” “Ok
Andre, sampai ketemu disana ya.” Aku sempat bingung, kok kayaknya Tante Dewi
terburu-buru dan tiba-tiba langsung mengajak ketemu. “Ah, nanti juga tahu kalau
sudah ketemu.” Tepat jam 5, kami bertemu dan langsung mencari tempat duduk.
Tante Dewi yang memulai pembicaraan, “Kamu bingung ya? Kok tiba-tiba sekali
Tante ajak kamu ketemu, sebetulnya enggak ada apa-apa. Cuma ingin ngobrol aja
sama kamu, abis teman-teman Tante sedang keluar kota.” “Untung pada keluar
kota, kalau tidak Andre enggak akan ditelepon sama Tante” jawabku. “Iya enggak
dong say, nomor kamu sempat hilang, jadi Tante cari-cari dulu untung ketemu,
jadi Tante bisa langsung hubungi kamu.” Kami mengobrol kurang lebih selama 1/2
jam dan Tante Dewi bicara, “Ndre, cari tempat istirahat yuk.” Aku nyaris enggak
percaya mendengar kalimat yang indah itu, dan langsung aku mengangguk
mengiyakan, Tante Dewi hanya tertawa kecil, “Kamu kaya anak kecil deh,” kata
Tante Dewi. Kemudian kami menuju tempat parkir dan pergi dengan mobilnya
mencari tempat yang bisa disewa untuk beberapa jam. Setelah memesan dan masuk
kamar, Tante Dewi langsung membuka bajunya. “Ndre, Tante mandi dulu ya, kalau
kamu mau mandi, nyusul aja.” Mendengar itu aku langsung secepat kilat membuka
baju dan berlari ke kamar mandi, disana aku melihat pemandangan yang sangat
indah. Tante Dewi sedang membasuh badannya di bawah shower dan terlihat jelas
tubuhnya benar-benar terawat. Walau sudah mempunyai 2 anak tetapi tubuh Tante
Dewi sangat terjaga, payudara dengan ukuran kurang lebih 36B masih terlihat
kencang, pantat yang bulat dan berisi benar-benar membuat penisku langsung
bangun dengan cepat. Sambil menyabuni tubuhnya Tante Dewi melirik ke arah
selangkanganku dan berkata, “Ndre, lumayan besar juga penis kamu.” Sebetulnya
ukuran penisku biasa saja hanya 12,5 cm tetapi mungkin karena ngaceng berat
jadi terlihat besar. “Jadi mandi enggak? Kok bengong aja? Sabunin punggung
Tante dong..” Aku langsung mendekat dan memeluk Tante Dewi, kuciumi lehernya
sambil tanganku menggesekkan klitorisnya. “Wah besar nih klitoris Tante dan
lebat juga jembutnya” kataku dalam hati, dan ini membuat birahiku semakin
tinggi dan semakin ganas. Kujilati leher dan punggung Tante Dewi “Ndree.. Tante
minta disabunin, kok malah diciumi tapi.. ahh.. terus sayang, Ndre isep tetek
Tantee..” Aku langsung menuju ke teteknya dan dengan rakus kuhisap putingnya
sambil lidahku menggelitik. Tante Dewi semakin menggelinjang dan dia
menarik-menarik penisku dengan kuat, sempat kaget dan sakit, tetapi lama
kelamaan terasa enak. Setelah puas menghisap payudaranya lalu aku pindah
menjilati perutnya, pusarnya dan akhirnya tiba dibukit kecil yang lebat
hutannya, mulai kujilati bukit itu dan kuhisap klitorisnya sambil sesekali
kugigit pelan. “Aah..! Gila kamu Ndre..! Diapakan Tante? Enakk.. sekali
sayang,” sambil tangannya menjambak rambutku, Tante Dewi terus mendesah.
Kuhisap terus klitoris itu, sambil tanganku meremas- remas payudaranya yang
besar. Terus kulakukan ‘foreplay’ itu, sampai akhirnya aku berdiri dan kutarik
tangannya untuk keluar dari kamar mandi dan menuju ke tempat tidur. Kulanjutkan
mengisap klitorisnya dan kumasukkan jariku kedalam vaginanya. “Aah.. yess..
Ndre terus say” “Ughh.. yang kuat say, Tante rasanya mau keluar!” Aku semakin
semangat memainkan lidahku di klitorisnya dan tidak lama kemudian terdengar
erangan yang panjang, “Ahh.. Ndree..! Tante keluar..!” Terasa di mulutku cairan
yang terasa asin dan langsung kujilat sampai habis. “Bagaimana Tante?” “Thanks
Andre kamu bisa buat Tante puas, rasanya sudah lama Tante tidak merasakan
orgasme.” Kemudian Tante Dewi berbaring dan aku peluk dengan erat, dia
merebahkan kepalanya di dadaku, aku mencium keningnya dan dia membalas dengan
menciumi bibirku. Lama kami berciuman dengan penuh gairah dan terasa birahinya
mulai timbul kembali. “Mana penismu say, Tante mau puasin kamu.” Tanpa menunggu
lagi kusodorkan ‘adikku’ yang dari tadi sudah lama menunggu untuk digarap,
dengan tangan yang mungil, Tante Dewi mulai mengocok penisku dan dimasukkan ke
mulutnya. “Uh.. enak sekali Tante.” “Nikmati ya say, ini baru mulai kokm” kata
Tante Dewi. Sambil mendesah manja, aku merasa ujung penisku dimainkan oleh
lidahnya yang terus berputar dan sambil dihisap. “Tante sudah.. nanti aku
keluarr..!” Tanpa memperdulikan kata-kataku dia terus memainkan penis dan
bijiku sampai aku akhirnya tidak tahan dan.. “Tantee.. aku keluar!” Tante Dewi
melepaskan penisku dari mulutnya dan mengocoknya dengan kuat sambil mulutnya
membuka “Croot.. croott..!” Keluarlah spermaku yang langsung mengenai muka dan
masuk ke dalam mulut Tante Dewi yang langsung ditelan. Sambil membersihkan
mukanya yang penuh dengan spermaku, mulutnya sesekali mengisap penisku yang
mulai mengecil. Kemudian kami beristirahat dalam keadaan bugil, 1/2 jam
kemudian birahiku timbul kembali, kucumbui secara perlahan Tante Dewi yang
masih tertidur, lama-lama terdengar desahan yang sangat menggairahkan, “Mmhh..
uh.. Ndre kamu mau lagi?” “Iya Tante, enggak pa-pa kan?” tanyaku “it’s Ok
honey, I’m ready to make love with u”, Kami melakukan 69 style, Tante Dewi
melepaskan kocokannya dan berdiri diatas selangkanganku. Lalu ia mulai jongkOk
sambil mencari penisku untuk dimasukkan ke dalam lubang vaginanya yang telah
basah, setelah posisi kami enak dan penisku telah didalam vaginanya dia mulai
naik turun dan mendesah dengan hebat. “Aah.. ahh.. Ndre enak sekali!” Lalu kami
berganti posisi menjadi ‘doggy style’, sambil maju mundur penisku di dalam
vaginanya kumasukkan juga jempol tanganku kedalam lubang anusnya. “Nghh..
Nddre.. terus masukin jarimu ke anus Tante say.” Tidak lama kemudian kulepaskan
penisku dan kucoba masukkan kedalam lubang anusnya, auw! sempit sekali
pelan-pelan kutekan terus. “Say.. terus masukin penismu..!” Dan akhirnya masuk
semua penisku dan kutarik lagi secara perlahan dan kumasukkan lagi dan terus
menerus bergantian antara lubang anusnya dengan vaginanya sampai akhirnya.
“Tante, Andre mau keluar!” “Keluarin dimulut Tante saja” Kutarik penisku dan
kumasukkan kedalam mulutnya sambil dihisap, tangannya memainkan bijiku dan
“Ahh! croot.. croot..” Keluar semua spermaku ke dalam mulutnya dan dia terus
mengisap penisku, ngilu rasanya tetapi nikmat sekali. “Andre sayang, kamu enggak
nyeselkan make love dengan Tante yang sudah tua ini?” tanya Tante Dewi. “Ah
tidak Tante, Andre malah bersyukur bisa bertemu dengan Tante karena andre
mendapat pengalaman baru.” Karena kelelahan kami akhirnya tertidur dan tidak
lama kami pulang ke rumah masing-masing setelah sebelumnya membuat janji untuk
bertemu kembali. Hingga saat ini, terkadang kami masih bertemu tetapi tidak
selalu berhubungan intim karena waktu yang kurang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar