Sabtu, 16 Mei 2015

Menjilat tubuh cewek cina........ Cantik

Perawakan Mini kurang lebih tinggi 165 cm, 50 kg dengan kulit putih, rambut hitam lurus sebahu, sama-sama keturunan cina sepertiku juga dan berumur 20 tahun merupakan mahasiswa di sebuah universitas swasta di Bandung, ukuran payudaranya 34B dibalut dengan kaos ketat sungguh ideal.
Kami pun mulai mengobrol panjang di kafe tersebut dan pendek kata kami pun mulai seriustentang hubungan kami yang mungkin lain dari biasanya, yaitu kegiatan BDSM. Kuketahui juga Mini sudah tidak perawan karena pernah ML dengan cowonya yang sekarang tidak tahu ada dimana.
Mini terlihat sedikit nakal dan sesuai harapanku yang sedang mendalami bidang ini. Mini menganjurkan di tempat kosnya, karena katanya dalam 2-3 hari ke depan tidak ada orang lain karena pada mudik liburan. Aku pun setuju dan berjanji besok aku akan langsung datang ke tempat kosnya.
Hari yang telah ditentukan telah datang, aku pergi menuju 711, swalayan dekat kampusku, di sana aku membeli beberapa gulung tali pramuka, jepitan jemuran 1 pack, lilin merah besar yang biasa ada di kuil-kuil 2 buah, dan beberapa minuman. Siaplah aku menuju cafeyang telah ditentukan, aku dengan perlengkapan aku di tas sudah lengkap plus belanjaan tadi.
Meluncurlah aku dengan menggunakan motor bebekku ke tempat kos Mini. Aku mulai memperlahan laju motorku dan melihat alamat yang tertera di HP-ku, setelah beberapa lama kutemukan sebuah rumah tinggal yang dijadikan tempat kos. Aku langsung menelepon Mini agar keluar dari tempat kosnya.

Lalu aku melihat Mini keluar dengan pakaian senam yang masih basah keringat hingga membuatnya makin aduhai.
“Sori gue baru beres joging nih, masuk.., masuk”, kata Mini sambil membukakan gerbang.
Akupun mulai masuk dan celengak-celinguk melihat kos-an yang berisi 4 kamar layaknya rumah tinggal biasa.
“Beneran kaga ada sapa-sapa neh?”, tanyaku.
“Kaga ada, pembokat dah pulang dari tadi, now cuma ada lo ama gue, kapan neh mulainya?”, Jawab Mini.
Aku langsung mengeluarkan tasku dan Mini langsung ikut melihat barang yang kubawa.
“Hehe.. kok gituan aja seh, disini juga ada kaga usah repot-repot”, kata Mini sambil mengeluarkan kotak di kamarnya.
“Pake semua yang lu mau ke gue” jawabnya sambil memberikan kotak tersebut padaku.
“Wahh.., gila lo dapat dari mana semua alat ini?”, tanyaku karena baru kali ini aku melihat alat-alat penyiksaan yang biasanya hanya aku liat di internet.
“Jangan rewel, cepetan donk gue dah ga sabar lu bisa apa aja”, jawabnya.
Tanpa menjawab karena aku masih keasyikan melihat “barang-barang” yang sebagian masih tidak kuketahui fungsinya.
“OK., siplah ayo kita mulai”, jawabku.
Permainan dimulai, Mini hanya duduk melihatku meninjau tempat yang ingin aku gunakan.
“Sini lo, gue dapat tempat yang enak buat nyiksa lo”, kataku sambil tersenyum melihat lapangan basket dengan 1 tiang dengan luas 4×5 meter di ruangan tertutup belakang kos.
Aku mulai mengambil bambu bulat berukuran 1 1/2 meter dengan diameter 10 cm dan mengikat tangan Mini bersama bambu tersebut. Hasilnya tangan Mini terentang ke arah berlawanan seperti orang yang disalib. Belum puas dengan itu aku mengikat “shibari”, sehingga payudaranya tampak menonjol.
Mini merasa kesakitan terlihat dari wajahnya yang mulai merah, tapi saat kutanyakan Mini menjawab “Lanjutin aja gue nikmatin kok, jangan sungkan-sungkan gue kaga marah gue hepi kok” sambil tersenyum.
Akupun tidak tanggung-tanggung lagi langsung mengambil sepatu hak tinggi merahnya sekitar 10 cm, penjepit yang telah kubeli, ball gag di kotak Mini, dan sun block untuk kuoleskan pada kulit Mini karena rencanaku akan kujemur Mini di lapangan tersebut dalam waktu cukup lama, matahari masih cukup terik meskipun jam sudah menunjukan pukul 4 sore. Setelah kuoleskan pada sekujur tubuhnya, aku memasangkan ball gag ke mulutnya.
Aku yakin Mini tidak akan bisa bersuara lagi. Kemudian sepatu tingginya untuk memberikan efek pegal dan kejang, aku mulai membuat simpul di bambu yang menempel di punggung Mini untuk digantung di tiang ring. Akhirnya Mini hanya menapak pada hak sepatu yang kecil dengan badan tergantung tanpa daya. Terakhir aku memasangkan penjepit di kedua belah puting, di ketiak, di paha, di perut, di bagian kemaluannya.
“Erghh. Hh.. Hh..”, kudengar erangan Mini tapi tidak kuhiraukan.
“Ok gue tinggal dulu, gue laper mo makan”, kataku dengan senyuman sambil memasangkan 2 jepitan tersisa di daun telinganya, langsung terlihat Mini berusaha melepasnya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tapi percuma karena jepitannya cukup kuat.
Maka tinggalah Mini sendirian, karena aku sudah pergi untuk melihat-lihat “lokasi” berikutnya, lalu aku benar-benar pergi membeli makan tak jauh dari situ ada tempat makan nasi campur yang sudah jadi langgananku meskipun aku tidak kuliah di daerah tersebut.
Tak terasa aku sudah makan dan nonton TV, serasa pemilik rumah tersebut hingga sudah 1 jam lebih aku meninggalkan Mini. Sebenarnya aku bisa saja berbuat jahat, tapi jika aku hanya ingin kesenangan materi, aku sudah berkecukupan .
Kutengok Mini yang sudah bersimbah keringat semua baju senamnya sudah basah. Pertama kulepaas jepitan-jepitan yang terpasang.
“Aarrgg.. Hh..”, desah Mini karena aliran darahnya berjalan lagi.
Mini terlihat pucat, lemah sekali kehabisan tenaga karena “upacara” tadi. Kulepaskan juga ikatan pada bambu tapi tali shibari yang mengelilingi tubuhnya tak kulepas malah kutekukkan pergelangan tangan Mini ke bagian belakang dan kuikat, dadanya makin menonjol.
Sebenarnya aku cukup prihatin karena walau tak kuikatpun Mini sudah pasrah dan tidak akan kabur.
Aku tanya padanya, “Lo masih kuat gak?”, sambil kulepas ball gag yang menyisakan garis merah di pipinya.
“Gak papa kok gue cuma cape aja”, jawabnya sambil tersenyum kecil.
Kemudian kupapah dirinya ke kamarnya lalu kusuapi makan dan minum dengan kondisi tangan masih terikat.
“Sudah siap untuk selanjutnya?”, tanyaku setelah memberinya waktu istirahat setengah jam yang Mini lewatkan untuk rebahan di tempat tidurnya.
“Ok”, jawabnya lemah.
Lalu akupun mulai membuka semua ikatan yang ada di tubuh Mini. Meskipun aku sudah tidak tahan ingin ML dengan Mini aku masih kasihan melihat keadannya. Akupun memandikannya sambil meraba-raba sekujur tubuhnya dan membincangkan apa yang diinginkan Mini untuk permainan berikutnya.
Jam telah menunjukkan pukul 7 malam saat aku mengajak Mini makan keluar, minipun menyetujuinya dan Mini tidak kuperbolehkan memakai pakaian dalam baik bra ataupun CD, sebelum Mini menjawab, aku sudah memainkan lidahku di puting susunya yang mulai menegak dan terdengar desahan Mini.
“Lo boleh ikut tapi kukenakan ini ya”, kataku sambil mengambil rantai kecil dengan jepitan berskrup di kotak peralatan BDSM Mini.
Kukenakan di sebelah putingnya yang telah menonjol lama, lalu kukencangkan skrupnya sehingga aku yakin tidak akan lepas, tidak hanya itu, aku juga mulai foreplay di selangkangan Mini dengan lidah hingga cukup membuat Mini terangsang dan hampir orgasme karena kumainkan jemariku juga di kemaluannya. Aku berhenti tapi Mini merengek dan kukatakan agar bersabar, sambil tersenyum dan mengambil dildo berbentuk kapsul yang biasa ada di film jepang dengan kekuatan 2 batere kecil.
“Gue pakein ini juga OK”, ujarku sambil memasukkan dildo itu dalam vaginanya yang sudah basah sehingga mudah dimasuki.
Terakhir kuambil tali dan merapatkan Mini dan mengikat paha atasnya sehingga mainanku akan tetap berada di dalam kemaluan Mini. Aku lalu mengambil rok hitam ketat sebatas lutut untuk menutupi badan bawah Mini, aku tertawa kecil ketika aku menyuruh Mini berjalan bak artis melenggok di cat walk, karena Mini harus menyilangkan kakinya akibat ikatan tadi.
“Sip.. Deh OK kita pergi”, ajakku sambil kukenakan jaket bulu untuk menutupi badan Mini yang hanya dihiasi rantai.
Kami keluar dengan motorku. Sebelum berjalan, aku menyalakan switch on pada mainan yang “tertanam” tadi sehingga bergetar dan membuat Mini kehilangan tenaga. Di sepanjang jalan Mini memelukku dengan tangan yang tidak berhenti meremas-remas jaket aku.
“Dah mulai basah ya? Ga tahan ya?”, godaku. Mini tidak menjawab.
Tak lama kemudian kami berhenti di tukang jagung bakar di daerah Dago dan memesan makanan dan minuman. Kulihat Mini agak salah tingkah dan seperti maling takut ketahuan polisi, banyak gerakannya yang tidak lazim dan aku mengingatkannya sambil memeluknya.
“Anter gue beli pulsa ya di BEC”, suatu tempat elektronik di Bandung, pintaku.
Mini hanya mengiyakan dan aku sengaja membawa jalan-jalan karena aku tahu bahwa semakin banyak gerakan maka Mini makin terangsang jadinya. Mini berusaha bertindak sebiasa mungkin. Perlu diketahui pacarku masih pulang kampung dan aku sudah biasa jalan dengan cewe-cewe sehingga tidak takut kalau kepergok teman. Minipun karena baru masuk kuliah dia belum punya banyak teman dan dia bukan asli orang Bandung.
Pendek cerita kami berdua sudah sampai di tempat kos Mini lagi dan aku segera membuka jepitan di putingnya dan mengeluarkan dildo yang sudah basah. Kami berdua tidak tahan lagi hingga langsung saja kami melakukan ML dan setelah setengah jam aku mengeluarkan sperma di kondom, Kemudian dilepasnya kondom tersebut dan kusuruh Mini yang sudah terkulai lemas mengisap-isap kemaluanku.
“Aarrgg.. ngghh”, erangku keenakan karena baru pertama kali mengalaminya, biasanya hanya “ngocok” di kamar .
Aku menggapai tasku dan kuambil lilin yang tadi kubeli, dan menanyakan..
“Pake ini kuat gak?”
“Boleh dicoba tuch”, jawabnya dengan nada menantang hingga cukup membuatku bersemangat kembali.
Tanpa ragu aku kembali dengan membawa tambang berwarna merah, dan mulai dengan mengikat kedua tangan Mini di belakang punggungnya hingga ke siku, terus ke depan tubuh hingga membentuk “breast-bondage” yang ketat. Lalu kurebahkan Mini menungging di lantai, dan siksaan dimulai dengan mencambuki Mini dengan cambuk kulit, tapi tidak terlalu keras dan hanya bertujuan merangsangnya. Kemudian tubuhnya kubalik telentang. Pergelangan kaki kirinya diikat menyatu dengan pangkal paha, yang kemudian ditambatkan ke pinggir ruangan, sedangkan ikatan pada pergelangan kaki kanan ditambatkan ke atas, sehingga bagai sedang memamerkan vaginanya.
Kembali kucambuki tubuhnya dalam posisi begini. Mini mengerang keras dan meronta-ronta tapi ikatanku cukup kuat untuk dilawan seorang cewe hingga akhirnya Mini hanya bisa pasrah. Selanjutnya tubuh Mini kuikat dengan model “shibari”, di atas bondage-bra, sehingga payudaranya tampak menonjol. Dengan kedua tangannya yang terikat ke belakang, dia hanya bisa pasrah menerima cambukan bertubi-tubi pada kedua payudaranya. Begitu juga ketika kedua tonjolan itu masing-masing kujepit dengan penjepit jemuran berukuran besar. Kembali ujung-ujung cambuk mendarat ke arah perut dan payudaranya. Mini menjerit-jerit kesakitan, namun aku tetap tidak peduli dan terus mengayunkan cambuk, karena aku yakin dia juga menikmatinya walau sulit dijelaskan dari wajahnya di balik rasa sakitnya.
Kini pada ronde berikutnya aku membaringkan Mini di tengah ruangan, lalu aku berjalan mengitarinya dan mengambil semacam minyak untuk dioleskan ke sepasang payudaranya. Kemudian tetesan-tetesan lilin panas jatuh menimpa puting dan seluruh daerah payudaranya. Tubuhnya meronta-ronta berkelojotan menahan panas dan rasa nyeri. Setelah itu lapisan lilin itu kukelupas sehingga menghasilkan bentuk gundukan menyerupai payudaranya.
Tak tahan mendengar rintihan dan erangan Mini ditambah melihat gerakan Mini, “adik”-ku bangkit kembali dan kulepaskan ikatan tangan dan kaki Mini lalu kuambil dildo berbentuk kemaluan pria berukuran sedang dan kembali kusuruh Mini untuk menghisap penis (blow-job) aku.
Sebelumnya aku sudah memasangkan dildo ke anusnya dan kemudian meneteskan lilin panas ke pinggulnya. Rangsangan dildo dan panasnya lilin membuat Mini kian agresif melakukan blow-job nya.
Akhirnya aku mengeluarkan “lahar panas”-ku untuk kedua kalinya. Aku merebahkan Mini di ranjangnya dan tak terasa kami tertidur pulas karena kecapean, untung saja pada saat pulang dari BEC tadi kami sudah mengunci rapat semua pintu dan jendela.
Jam telah menunjukan pukul 5 dini hari. Mini masih tertidur pulas. Aku mengingat kejadian semalam sambil menyiapkan mie instant untuk sarapan pagi lalu setelah siap kubangunkan Mini, lalu kami makan sambil mengobrol di ruang makan.
“Gimana semalem?”, tanyaku.
“Gila lo puting gue masih sakit gara-gara lilin, tanggung jawab lo”, jawabnya sambil tersenyum.
Dari air mukanya aku tahu bahwa Mini menikmatinya. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, lalu aku mengajak Mini mandi bersama tapi tentu saja tak lepas dari aktifitas BDSM kesukaan kami berdua.
Mini mulai kuikat bersujud di kamar mandi dan lalu kusuntikkan cairan ke dalam anusnya dengan menggunakan suntikan besar. Tidak puas dengan suntikan, aku memasukkannya dengan menggunakan selang infus.
Setelah 1 liter air di tabung habis, tabung kembali kuisi penuh dan terus dialirkan memasuki anusnya. Mini menggeliat tanpa daya menahan rasa mual akibat air yang menyesakkan tersebut.
Setelah berliter-liter air memasuki tubuhnya, selang kulepas. Karena sudah penuh, maka air itu memancur kembali keluar dari anusnya. Demikian kulakukan terus berulang-ulang, hingga akhirnya yang keluar bukan lagi hanya air bening, namun sudah bercampur dengan kotorannya. Aku sedikit merasa jijik tapi segera kubersihkan dan kutaruh badan Mini yang masih terikat di dalam bath-tub dan mulai merendamnya. Selama itu aku mandi dan menyiapkan diriku sendiri untuk acara selanjutnya. Setelah selesai, Mini kulepaskan ikatannya dan kusuruh untuk bersiap-siap juga.
Mini keluar dari kamar mandi dengan handuknya dan akan menuju kamarnya untuk berpakaian, tapi aku melarangnya dan langsung berkata bahwa aku akan pergi dan aku ingin memajang dirinya dalam posisi bondage yang lain. Mini bertanya aku akan pergi kemana, karena dia takut kalau aku kabur, tapi aku memberi jaminan dan janji bahwa aku akan balik lagi, maka Mini pun pasrah mau menerima siksaan berikutnya.
Kini Mini terbaring di lantai. Kedua tangannya kuikat terpisah masing-masing ke arah bawah, sedangkan kedua kakinya juga kuikat terpisah, namun masing-masing ke atas kepala, sehingga tubuhnya tertekuk sedemikian rupa dengan pinggul di udara, dan kedua lutut mengapit kepalanya. Dalam posisi seperti ini, dia bagaikan sedang memamerkan lubang duburnya yang menengadah ke udara. Tentu saja kondisi ini menimbulkan rasa pegal yang luar biasa.
Tak lupa aku memasangkan ball gag di mulutnya dan kutaruh mangkuk untuk menampung air liur yang keluar dari mulutnya. Pergilah aku dan kukunci pintu kamarnya dan rumah kos itu untuk beberapa saat. Aku cukup khawatir meninggalkan Mini sendirian dengan posisi tersebut, untung saja teman yang berjanji akan menemuiku membatalkan dan aku langsung meluncur ke tempat kos Mini kembali dan itu juga sudah hampir 1 jam sejak kutinggalkan Mini.


Enaknya Merkosa Cewek Cina

Cerita seks yang mengambil
latar belakang seorang gadis
china yang cantik dan seksi
yang membuat mata lelaki
pasti ingin melihat keindahan
tubuhnya dan merasakan betapa nikmatnya bila bisa
ngentot gadis muda ini.
Kumpulan cerita seks yang
telah ada bisa menjadi wanaca
bagi kalian yang merasa
kesepian yang tidak memiliki pasangan. Karena telah merasakan betapa nikmatnya ngentot, dirinya malah ingin diperkosa. Gadis china ingin diperkosa, siapa mau.

Ini kisah nyata yang aku
alami. Sebut saja aku Bunga,
seorang Chinese. Waktu kecil
sekitar kelas 2 SD aku punya
teman main seorang cowok
(chinese) kira-kira dia kelas 6 SD dan baru mendapat
pengetahuan mengenai sistem
reproduksi di sekolahnya.
Rumah kami bertetangga
sehingga hampir tiap hari
sepulang sekolah kami main bersama, hingga suatu hari dia
membawaku kegudang
rumahnya dan
mempraktekkan pelajaran
tentang seks yang baru
didapatnya disekolah. Dia jilat leherku dan melumat habis
bibirku. Bahkan tak ragu-ragu dia mengeluarkan kontolnya yang belum sunat itu dan digosok-gosokkan ke memek ku. Rasanya malu banget saat itu tapi nikmatnya bikin
ketagihan, sehingga sejak saat itu aku jadi ingin dipegang pria manapun dan ingin sekali rasanya diperkosa.

Saat SMP, kegilaanku pada
seks bertambah. Tepatnya
waktu kelas 2 SMP dan aku
berpacaran dengan seorang
teman sekelasku murid
pindahan dari makasar. Awalnya dia seorang yang
lugu, namun setelah beberapa
hari kami pacaran dia udah
berani pegang tetek dan cium
bibirku. Aku malu dan gak
ingin bertindak bodoh, namun aku sangat terbuai oleh
gairahnya sehingga lama-lama
aku serahkan memek ini
untuk dirabanya. Tak peduli
dikelas, di pinggir jalan
maupun ditempat umum, kami berciuman dan saling
meraba bahkan dia tidak
sungkan membuka bajuku
didepan umum. Tapi
kegilaanku ini tidak sampai
melepas keperawananku. Gak cuma pacarku aja yang raba-
raba dan remas tetekku, tapi
juga teman-temannya. Aku
sangat menikmatinya dan
penasaran seperti apa rasanya
kontol itu menembus memek ini..

Hingga akhirnya saat SMA
kelas 2 aku ditaksir oleh guru
fisikaku, umur kami beda
19thn tapi aku sangat sayang
dia. Hingga waktu kelas 3 aku
memberanikan diri main ke kostnya. Pertama kami cuma
cium dan raba aja, namun aku
ingin lebih. Dia suka pijat
badanku dan ini
kesempatanku untuk
merasakan nikmatnya bercinta. Aku sangat
terangsang saat jari-jarinya
memijat tubuhku dan aku
gunakan siasat untuk pura-
pura tidur saja supaya dia
tidak sungkan menyentuh aku lebih lagi. Awalnya dia
cuma berani telanjangi aku..
Lalu pertemuan berikutnya
dia cuma berani memasukkan
jarinya ke memekku hingga
aku keenakan, bahkan dia sering jilatin memekku
supaya aku terangsang.

Cerita Sex Jujur saja
kontolnya emang besar dan
gaya bercintanya sangat
mantap.. hingga suatu saat
tak kusangka dia masukkan
kontol itu ke memekku.. Ahhh enak sekali rasanya..
namun sayang, beberapa
tahun hubungan kami tak
dapat diteruskan lagi karna
dia harus menikah dan tidak
mungkin itu denganku karna kami beda suku dan terlalu
jauh usia kami. Namun sampai
saat ini aku masih terus
berusaha mencari waktu
untuk bisa merasakan lagi
pijitan, jilatan dan atraksi kontolnya karena pacarku yg
sekarang sangat tidak
memuaskan nafsuku..

Cerita Dewasa Ngentot Gadis Cina

anakku yang kedua ini mentalnya terbelakang alias idiot dan ironisnya ketika aku melahirkannya, aku mengalami pendarahan hebat sampai rahimku harus diangkat sehingga saat ini aku sudah tidak bisa lagi mempunyai anak. Karena keadaanku yang sudah tidak bisa mendapatkan anak, maka 3 tahun yang lalu suamiku menikah kembali, dia menginginkan keturunan anak laki-laki normal dan tidak idiot. Aku hanya bisa menerima dan pasrah karena aku sangat menghormati suamiku, banyak teman-teman dan keluargaku yang menyarankanku untuk bercerai dengan suamiku dan menyarankan untuk mencari suami lagi. Memang kalau dipikir sangatlah gampang untukku mendapatkan pasangan kembali.
Aku suka merawat tubuhku sehingga kulit dan tubuhku masih terlihat seksi belum lagi ditopang oleh ukuran dadaku yang 38 membuat banyak pemuda melirik kalau aku lewat. Tapi itu semua tidaklah berarti kalau aku mandul, toh suamiku mencintai diriku biarlah dia melakukan apa yang ia inginkan karena aku sadar aku tidak bisa memberikan anak lagi kepadanya. Pada awal-awal tahun pernikahannya dengan istri keduanya ia masih suka rutin mengunjungiku, tapi lama kelamaan saat ini ia jadi jarang pulang. Dia lebih sering menginap di rumah istri mudanya, dia hanya sesekali pulang untuk memberi uang untuk kebutuhan rumah tangga bahkan ia sudah sangat jarang menggauli aku lagi. Kemudian peristiwa itu terjadi : Karena di rumah hanya ada aku dan Rudi maka aku lebih sering menemani tidurnya, meskipun dia idiot tapi dia anak yang sangat kusayangi, dan sudah menjadi kebiasaannya sedari kecil apabila mau tidur ia suka mempermainkan puting susuku sampai akhirnya ia tidur terlelap.
Toh aku pikir dia anakku dan aku sadar akan keterbelakangan mentalnya meskipun umurnya sudah remaja tapi mentalnya masih seperti anak kecil. Malam itu seperti biasa sebelum tidur ia memainkan puting susuku, tapi entah malam itu suasananya sangat berbeda, mungkin karena hampir empat bulan lebih suamiku tidak menggauliku, darahku berdesir kencang ketika jarinya mempermainkan puting susuku dan sesekali meremas payudaraku yang berukuran lumayan besar, kupandangi wajahnya yang matanya terpejam terkantuk- kantuk,… “Dia anakku” !! batinku berusaha menyingkirkan nafsu birahiku, kucoba atur nafasku dan memejamkan mataku agar perasaan itu hilang,… tapi tiba- tiba … “Aaah..!!” aku meleguh kecil ketika Rudi tiba-tiba mengulum putingku dan menyedot seakan-akan sedang menyusu. Kugigit bibirku dan terus kupandangi wajah polos anakku yang tidak mengetahui ibunya sedang dilanda birahi. “Meskipun idiot tapi anakku ini kelihatan ganteng seperti papanya” aku membatin. “Uuhh…” aku kembali mendesah ketika ia dengan cepat menyedot putingku.
Aku semakin tidak tahan, Memek ku terasa berdenyut kencang. Rangsangan ini begitu hebat, aku semakin tidak tahan, rangsangan birahi ini betul-betul menyiksaku. Aku menggigit bibirku, entah kenapa saat itu aku ingin Memek ku disentuh. Akhirnya dengan pelan-pelan kususupkan tanganku sendiri ke dalam celana dalamku, Memek ku terasa basah, pelan-pelan kuelus dengan lembut klitorisku. “Uhmm terasa enak sekali” kuelus-elus klitorisku sambil sesekali kumasukkan jariku ke lubang Memek ku, semakin lama aku semakin tidak tahan, aku ingin sekali ada Kontol yang masuk ke dalam Memek ku, Memek ku betul-betul terasa sangat basah, kulirik Rudi ia sudah melepaskan hisapannya dan sudah tidur terlelap di sebelahku. Kukecup keningnya dengan lembut.
 “Aku harus sabar menghadapi semua ini” aku batinku berusaha menyabarkan diriku. Ketika aku ingin menyelimuti dirinya secara tidak sengaja aku melirik ke arah celana pendeknya, terlihat kemaluannya tercetak di celana pendeknya, melihat pemandangan itu aku semakin meneguk ludah, kupandangi lagi wajah anakku yang semakin terlihat mirip dengan papanya, kemudian kupandangi lagi kemaluannya, aku semakin ragu. Tapi entah setan darimana, tiba- tiba aku mempunyai keberanian. Perlahan-lahan kupelorotkan celana pendeknya, dan dengan hati-hati kubuka pula celana dalamnya. Aku melotot ketika melihat Kontol nya meskipun belum berdiri tapi terlihat besar bahkan terlihat lebih besar dari papanya. Gairahku semakin memucak aku semakin tidak tahan melihat pemandangan didepanku. Air liurku sudah keluar karena sangat ingin sekali merasakan kenikmatan. Kemudian dengan gemetaran kugenggam batang Kontol itu, pelan-pelan kukocok Kontol itu dengan tanganku dan perlahan- lahan pula batang Kontol itu semakin tegang berdiri. Mataku semakin melotot melihat ukurannya semakin membesar dan kemudian tanpa ragu lagi kudekatkan ke mulutku.
Kujilati batang Kontol itu sampai basah dan kemudian kubuka mulutku dan dengan penuh perasaan kukulum Kontol yang sudah membesar itu. “Ehmm Kontol ini enak banget..” aku menggumam. Kontolnya terasa penuh di mulutku, kumainkan Kontol Rudi dengan penuh perasaan. Aku semakin gemas melihat Kontolnya yang berdiri tegak dengan gagahnya. Aku semakin meneguk ludah, Memek ku semakin berdenyut kencang. Aku semakin gelap mata Itil Memek ku betul- betul menjerit ingin mencoba Kontol itu, ku tak peduli lagi dengan keadaan bahwa ia anakku. Maka dengan segera kulepaskan semua pakaian yang ada ditubuhku, kudekati kembali tubuh anakku lalu kugenggam batang Kontolnya agar berdiri tegak dan dengan posisi jongkok kususupkan Kontol itu ke dalam Memekku, Memekku terasa merekah lebar ketika Kontol itu masuk, dengan cepat kurasakan sensasi yang nikmat.
 “Aah.. enak… ouw fuck!” akupun mendesah merasakan Kontol yang besar itu menusuk Memek ku, kugoyangkan pinggul dan pantatku agar Kontolnya semakin terasa. Aku semakin terhanyut dengan permainanku sendiri sampai aku tidak sadar kalau Rudi sudah terbangun dan melototiku, tampangnya menyiratkan sejuta pertanyaan. Ia sangat tidak mengerti akan apa yang ibunya lakukan terhadapnya. “Ah.. enak.. uhg.. Memekku enak.. Memekku enak banget” kata-kata kotorku tanpa sadar keluar dari mulutku. Kuremas kedua payudaraku sendiri sambil tubuhku kubawa naik turun mengocok Kontol Rudi dengan Memekku. Kupejamkan mataku meresapi segala kenikmatan yang kuraih malam ini, kulihat Rudi di bawahku tampak wajahnya sangat sayu dan sesekali memejamkan matanya dengan cepat.
Aku mengerti kalau iapun merasakan nikmat seperti yang kurasakan saat ini. Kedua tangannya mengepal seperti menahan sesuatu, ditengah kenikmatanku aku tersenyum dan kukecup bibirnya dengan memeluknya. “Uh Rudi anak mami, enak sayang? Maaf ya Mami mau main kuda-kudaan sama kamu sayang, nggak pa pa kan?” ujarku kepadanya. Tampak Rudi bingung akan berkata apa, mungkin karena kaget ia diperlakukan seperti itu oleh mamanya, sampai akhirnya ia menganggukkan kepalanya.
 Akupun semakin mempercepat goyanganku, Kontolnya terasa cepat keluar masuk, iapun semakin meleguh tidak karuan. Kuraih kedua tangannya kusuruh ia meremasi kedua payudaraku sementara aku tidak menurunkan frekwensi goyanganku. “Aduh sayang.. enak banget Kontol kamu… ah .. ah .. Memekku jadi nikmat” kata-kata kotorku semakin tidak terkendali. Tanganku mencengkeram bahu Rudi sementara di bawah pantatku semakin mengeluarkan bunyi ketika bersentuhan dengan pahanya yang sudah mulai basah oleh cairan nikmat yang meleleh dari dalam Memekku. Tidak ada kata-kata yang keluar dari dalam mulut Rudi kecuali erangan kenikmatan, bahkan kedua tangannya semakin memperkeras remasannya di payudaraku, akupun semakin semangat menggenjot Kontolnya di dalam Memekku.
 “Aduh sayang Kontol kamu enak banget sayang, ah.. ah.. uh.. enak.. enak” Tiba-tiba aku merasakan kenikmatan yang sudah sampai diujung, aku akan orgasme. Kuputar-putar pantatku secara liar sementara kedua tangan Rudi sudah tidak lagi meremasi payudaraku. Kedua tangannya mengepal seakan-akan iapun menahan kenikmatan yang amat sangat. Tak lama kemudian tiba- tiba ia menjerit keras dan kurasakan Kontolnya menyemburkan spermanya di dalam Memekku. Hangatnya cairan spermanya membuatku semakin cepat menggoyangkan pinggul dan pantatku, sampai akhirnya… “Aduh ah ah ampun enak banget… enak Memekku enak.. enaaaaaaak!!!!!!!!!” aku menjerit setinggi langit. Kepalaku kutengadahkan keatas, payudaraku terasa berguncang hebat, dan pinggulku menghentak-hentak, betul-betul orgasme hebat yang aku rasakan. “Rudi senang sayang main kuda- kudaan sama mami ?” tanyaku ketika nafasnya sudah mulai teratur.
 “I.. iya Mam” jawabnya dengan terbata-bata. “Rudi memang anak yang mami sayang, tapi ingat Rudi nggak boleh ngasih tahu ke papa ya kalau main kuda-kudaan sama Mami, awas nanti dihukum sama papa” kucoba mengingatkannya agar tidak memberitahukan kejadian ini kepada suamiku. Ketika ia mendengar kata dihukum terlihat raut wajahnya yang takut, anggukan kepalanya membuatku sedikit tenang. Malam itu sampai pagi tiba, kuajarkan sedikit demi sedikit mengenai posisi seks, entah berapa banyak aku mengalami orgasme ketika bercinta dengannya. Bahkan ketika pembantuku sudah menyirami kebun, di kamar atas Rudi masih menggenjot Kontolnya di dalam Memekku. Sampai akhirnya ia menyemburkan spermanya kembali di dalam Memekku, hari itu aku betul-betul puas.
Rasa yang selama ini kupendam akhirnya terlampiaskan. Semenjak saat itu, Rudi selalu menjadi pelipur laraku saat aku butuh ngentot. Keterbelakangan mentalnya sangat menguntungkan bagiku karena Rudi tidak pernah menceritakan kejadian ini kepada siapapun. Mungkin karena dipikirannya hal tersebut sudah lumrah. Hidupku pun semakin menggila aku kemudian bergabung di komunitas seks teman arisanku. Ia memperkenalkanku ke dunia party seks dan dunia gigolo bahkan temanku itupun pernah turut merasakan hebatnya Kontol Rudi anakku yang mungkin akan aku ceritakan lain waktu, dan setelah kupikir mempunyai anak yang idiot ternyata tidak selamanya merugikan.

Merasakan Vagina cewek Cina Yg becek

Aku berjalan ke pintu pagarnya dan kulihat Aling menutup pintunya. Ketika aku membuka pintu pagar kulihat bayangan di balik korden jendela.
Aku putuskan apa salahnya mencoba keberuntunganku malam ini. Aku akan kembali masuk ke dalam rumahnya dan berdalih mengambil sesuatu yang tertinggal. Belum sempat aku mengetuk pintu, Aling telah membuka pintu dan menarik tanganku ke dalam rumahnya. Aku tahu saat ini aku tidak bisa mengelak lagi.
Begitu pintu tertutup, maka Aling sudah berada dalam pelukanku. "Kalau aku salah tangkap atas sikapmu maafkan aku dan aku akan pulang, namun...," kataku memancingnya. Belum selesai aku berbicara, Aling telah mencium pipiku dan membalas memelukku. "Kamu sadar Ling, kemana arah kita ini?" tanyaku lagi. "Aku sangat sadar dan menginginkanmu malam ini. Please... Anto," ia mendesah. Kucium bibir tipisnya dengan lembut. Ia membalasnya dan lama kelamaan ciuman kami sudah menjadi lumatan yang ganas.
Lidahku menerobos masuk ke dalam ke mulutnya dan menyapu langit-langit mulutnya. Aling menggeliat dan membalas ciumanku dengan membalas mendorong lidahku. Lidahnya kusedot dan tanganku mulai bekerja di dadanya. Kuremas dadanya dengan lembut. Payudaranya masih terasa padat. Jariku menjalar dari dada ke arah perut terus ke bawah hingga ke pahanya. Kuusap pahanya dari luar celana pendeknya.
Lidahku kini beraksi menggelitik lubang telinganya. Aling mulai membuka kancing kemejaku satu per satu. Ketika semua kancing kemejaku sudah terlepas, maka ia mengusap dadaku dan merebahkan kepalanya. Aku memeluknya sambil berjalan ke kamarnya. Sambil berjalan kuusap pinggulnya. Tubuhnya padat dan kencang.
Sampai di dalam kamar kusapukan bibirku ke lehernya dan pelan-pelan bergerak ke bawah sambil menciumi dan menjilati leher mulusnya. Aling semakin merepatkan tubuhnya ke tubuhku, dadanya yang padat menekan keras dadaku. Dengan perlahan ia melepas bajuku. Kembali diiusap -usapnya dadaku dan putingku dijilatinya dengan lembut. Kusingkapkan kausnya dan kubuka lewat kepalanya. Payudaranya tertutup BH warna merah yang tampak kontras sekali dengan warna kulitnya. Tangannya menarik ritsluitingku dan kemudian membuka celana panjangku. Tanganku pun tak mau kalah membuka celana pendeknya. Aku mendorongnya ke ranjang dan kutindih tubuhnya. Tanganku bergerak ke punggungnya dan membuka BH -nya. Dadanya kini terbuka polos di hadapanku. Buah dadanya membulat cukup besar dan kencang dengan putingnya yang berwarna kemerahan mengeras dan berdiri tegak.
Muluku menyusuri wajah, bibir dan lehernya. Aling mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Sesekali lidahku membalas mendorong lidahnya. Kami saling memilin lidah dan berpagutan ganas hendak menuntaskan gairah birahi yang semakin meninggi. Tanganku memilin puting serta meremas payudaranya. Tanganku bergerak ke bawah dan menarik celana dalamnya. Ia sedikit mengangkat pantatnya agar memudahkanku melepas celana dalamnya. Payudaranya yang sebelah kiri kuisap dan kujilati, sementara yang sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian berganti -ganti
Aling mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit. Kuamati sejenak kulit tangannya dan tanganku. Terasa sangat kontras, kulitku coklat gelap sementara kulitnya putih mulus khas bangsa Chinese. "Upps... Anto. Ououououhhh... Nghgghhh, Anto ayo teruskan... Ouuhhh... Anto" Aling melenguh.
Payudaranya kukulum habis. Aling menggoyang -goyangkan kepalanya menahan desakan kenikmatan. Kucium lehernya sampai ke tengkuk. Akupun sudah tidak tahan. Kejantananku sudah mengeras, siap untuk menuntaskan gairah yang terpendam. Tangannya menurunkan celana dalamku sampai ke paha dan dengan kakinya ia melepas celana dalamku. Ia berbisik di telingaku, "To, pakai kondom. Ambil di bawah bantal. Sorry, tapi aku tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi. Lain kali aku akan pakai kontrasepsi lainnya, mungkin kurang nikmat namun kali ini tidak ada cara lain
Kuambil kondom di bawah bantalnya dengan muka heran. Ia tersenyum, "Jangan berpikiran yang bukan -bukan. Selama ini aku tidak menyimpan kondom di rumah, tapi kamu ingat kalau aku tadi singgah ke apotik kan?" Kurobek pembungkusnya dan segera kupasang kondom dengan rapi di penisku yang sudah sangat keras. Kukocok sebentar untuk meyakinkan ketegangan penisku. Perlahan kumasukkan kejantananku ke dalam liang kemaluannya. Ketika kepala penisku sudah melewati bibir guanya maka kudorong dengan satu hentakan keras sehingga ia melenguh. "Uuuhhh... Anto... Auuw," katanya. Kudorong kejantananku dengan keras dan penuh tenaga. Kini kejantananku sudah bergerak maju mundur di dalam lorong kenikmatannya.
Kucabut kemaluanku, kutahan dan kukeraskan ototnya kemudian pelan-pelan kugesekkan dan kemudian kumasukkan kepalanya saja ke bibir guanya yang lembab dan merah. Aling terpejam menikmati kontraksi kemaluanku pada bibir kemaluannya. "Hgggk... Ouhhh.. Nikmat To..." Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai mentok ke rahimnya. Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai lima hitungan kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas.
Aling menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kami sama-sama mengalami kenikmatan yang luar biasa. Kusedot payudaranya sampai ke pangkalnya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.
Aku pernah dengar bahwa kemaluan wanita Chinese lebih basah dan becek dibandingkan milik wanita Melayu. Ternyata memang benar. Vagina Alingpun terasa becek dan sangat licin. Kuraih tissue di atas kepala ranjang. Kucabut kejantananku sesaat dan kulap vaginanya dengan tissue. Aling kelihatannya tidak suka, namun kubisikkan. "Sorry Ling, terlalu basah. Ditambah dengan memakai kondom, sangat jauh kenikmatan yang kuharapkan". Iapun mengerti, namun dengan cepat ia meraih kejantananku dan langsung mengarahkannya pada vaginanya. Pantatnya naik menyambut penisku. Kini keadannya agak lumayan, meskipun belum sepenuhnya memenuhi keinginanku. Aku lebih mengandalkan kontraksi penisku untuk menstimulirnya.
Kami sama-sama bergerak untuk mendapatkan kenikmatan. Semakin lama gerakan kami semakin cepat dan liar. Dalam posisi kemaluanku terbenam seluruhnya aku menciumi bibir, leher dan payudaranya serta menggerakkan otot kemaluan. Aling bergetar menggigil menahan kenikmatan.
Ia menggigit dadaku dan tangannya memukul-mukul punggungku seperti histeris. "Auuhkhh... Terus... Teruskan.. Anto.. Nikmat.. Ooh" Kakiku bergerak sehingga kedua kakiku berada dalam posisi di luar kedua kakinya.. Aku menghentikan kontraksiku dan mulai menggenjot lagi. Aling seperti seekor kuda betina dari padang gurun. Tubuhnya seakan melonjak-lonjak dan sukar dikendalikan. Akhirnya tidak ada suara apapun di dalam kamar itu selain desah napas kami yang memburu beradu dengan suara paha bertemu dan derit ranjang. Keringat sudah membanjir di tubuh kami. Kupacu kuda betinaku mendaki lereng terjal kenikmatan. Kami saling memagut, mencium dan menjilati bagian tubuh pasangan kami. Kubuka lagi kedua kakinya, kini kakinya yang membelit pinggangku. Matanya terpejam dan mulutnya setengah terbuka seperti ikan di dalam kolam yang kering. Badannya menggantung di tubuhku.
Kini aku siap untuk menembakkan peluruku. "To... Anto, sebentar lagi Anto... Aku mau sampai". "Ling Ouh... Akupun juga sayang, kita sama-sama..." "Sekarang To sekarang... Ouuhhh" Aku merasakan aliran yang kuat menerjang keluar dari lubang kejantananku. Aku mengejang ketika aliran kepuasan tersebut membersit keluar.
"Anto... Agghhh" kakinya menjepit kakiku dan mengejang sehingga kejantananku seperti tertarik mau keluar dari vaginanya. Aku tetap menekan pinggulku menahan agar penisku tetap berada dalam vaginanya. Matanya terpejam, tangannya meremas rambutku, mulutnya mengerang menyebut namaku. Kemaluan kami masih saling berdenyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi menyusul napas kami yang mulai teratur. Kami saling membersihkan diri di bawah shower.
Ketika kembali ke kamar ia memintaku untuk menginap di rumahnya saja.
Akupun menyanggupinya, sudah terlanjur basah jadi biar basah sekalian. 
Toh besok pagi-pagi masih bisa mandi basah. Kami tidur berdampingan. Kepalanya disandarkan di bahuku. Berkali-kali ia mengecup pipi dan bibirku. "Thanks untuk malam ini Anto. Aku masih menginginkannya lagi". "Kamu sering melakukannya Ling?" Aku bertanya asal saja. Aku tidak peduli dengan jawabannya, bahkan jika ia tadi siangpun baru bersetubuh dengan orang lain. "Jujur saja, sejak di Jakarta aku pernah beberapa kali melakukannya dengan pria Chinese. Namun kali ini luar biasa. Baru sekali ini aku melakukannya dengan pria Melayu". "Ok, aku akan memuaskanmu malam ini. Kita istirahat dulu sebentar. Satu hal yang perlu diingat, bahwa kita, atau saya khususnya, melakukan ini just for fun. Tidak ada komitmen atau ikatan apapun". Aling hanya diam saja tanpa mengeluarkan komentar. "Ling -ling, kamu tahu artinya kata 'lingga' ?" tanyaku. "Nggak tuh". "Lingga dalam bahasa Sanskerta artinya adalah penis. Pantas saja penisku ingin merasakannya". "Jahat kamu. Akkhh, jahat sekali kamu!" Ia memukul dan mencubitku. Kami masih ngobrol sampai setengah jam kemudian ketika mulutnya mulai menciumi dan menyusuri leherku. Ia menindihku dan menciumku dengan ganas. "Anto... Please... lagi.. Yuk". Mulutnya terus bergerak ke bawah dan tahu -tahu Aling menjilati batang kejantananku dan mengisap buah zakarku. Kupalingkan mukaku ke samping untuk menahan rangsangan dan kugigit ujung bantal. 
Tiba -tiba secara refleks meriamku mengencang hingga hampir merapat di permukaan perutku ketika lidah Aling mulai menjilat kepalanya. Kukencangkan otot perutku sehingga meriamku juga ikut bergerak dan berdenyut -denyu t. "Hmmm... Keras dan berdenyut. Pantas saja luar biasa nikmatnya," komentar Aling sambil terus melakukan aktivitasnya.
Kuangkat kepalaku dan kulihat Aling sedang asyik menjilat, menghisap dan mengulum meriamku. Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum.

ngewe janda cina

Ditinggal mati oleh isteri di usia 39 tahun bukan hal yang menyenangkan. Namaku Ardy, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Lia yang terpaut lima tahun dariku telah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian penuh.
Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi mereka. Bukan hal yang mudah. Sejumlah teman menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yang bagus, tetapi saya tidak ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka. Karena itu aku sangat hati-hati.



Kehadiran anak-anak jelas merupakan hiburan yang tak tergantikan. Anita kini berusia sepuluh tahun dan Marko adiknya berusia enam tahun. Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama teman-temannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari telah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa. Sejalan dengan itu, nafsu birahiku yang tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran. Beberapa teman mengajakku mencari wanita panggilan tetapi aku tidak berani. Resiko terkena penyakit mengendurkan niatku. Terpaksa aku bermasturbasi. Sesaat aku merasa lega, tetapi sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang wanita selalu muncul di kepalaku.



Tidak terasa tiga bulan telah berlalu. Perlahan-lahan aku mulai menaruh perhatian ke wanita-wanita lain. Beberapa teman kerja di kantor yang masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aku lebih suka memiliki mereka sebagai teman. Karena itu tidak ada niat untuk membina hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang wanita semakin meningkat, kesempatan itu datang dengan sendirinya.



Senja itu di hari Jumat, aku pulang kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru. Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tidak ada orang yang peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang hendak dilakukan. Rupanya mencari bantuan. Aku mendekat.



"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanyaku sopan.



Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Saya memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.



"Tak usah takut, Mbak", kataku."Namaku Ardy. Boleh saya lihat mesinnya?"



Walaupun agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata hanya problema penyumbatan slang bensin. Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar tetapi aku menolak. Kejadian itu berlalu begitu saja. Tidak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza. Aku sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.



"Sekali lagi terima kasih untuk bantuan kemarin sore", katanya,"Namaku Mei. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut."





"Aku Ardy", sahutku sopan.




Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Wanita itu jelas turunan Cina. Kontras dengan pakaian kantor kemarin, ia sungguh menarik dalam pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah. Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.





"Kok bengong", katanya tersenyum-senyum,"Ayo minum di sana", ajaknya.



Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Kami duduk di meja terdekat sambil memperhatikan orang-orang yang lewat.



"Ibunya anak-anak nggak ikut?" tanyanya.



Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko. Anita menunduk menghindari air mata.



"Ibu sudah di surga, Tante", kata Marko polos. Ia memandangku.





"Isteriku sudah meninggal", kataku. Hening sejenak.





"Maaf", katanya,"Aku tidak bermaksud mencari tahu", lanjutnya dengan rasa bersalah.



Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya. Akhirnya aku tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola beberapa toko pakaian. Aku juga akhirnya tahu kalau ia berusia 32 tahun dan telah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak. Selama pembicaraan itu sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan badannya sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aku menelan air liur membayangkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.



"Nggak berpikir menikah lagi?" tanyaku.





"Rasanya nggak ada yang mau sama aku", sahutnya.





"Ah, Masak!" sahutku,"Aku mau kok, kalau diberi kesempatan", lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri."Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi."





"Ah, Ardy bisa aja", katanya tersipu-sipu sambil menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.



Tidak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang. Mei, wanita Cina itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,



"Saya menunggu Ardy di rumah."



Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang mau menolak kesempatan berada bersama wanita semanis dan seseksi Mei. Aku mengangguk sambil mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini kesempatan emas. Apalagi sore itu Anita dan Marko akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.



"OK. Malam nanti aku main ke rumah", bisikku juga, "Jam tujuh aku sudah di sana." Ia tersenyum-senyum manis.



Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku membersihkan sepeda motorku lalu mandi. Sambil mandi imajinasi seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Mei tanpa pakaian? Pasti indah sekali tubuhnya yang bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu. Apalagi aku sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang wanita Cina. Tapi apakah ia mau menerimaku? Apalagi aku bukan orang Cina. Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal. Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku. Andaikata aku diberi kesempatan, tidak akan kusia-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.



Jam tujuh lewat lima menit aku berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu. Rumah yang indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.



"Pak Ardy?" ia bertanya, "Silahkan, Pak. Bu Mei menunggu di dalam", lanjutnya lagi.



Aku mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Mei keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aku berdiri menyambutnya.



"Selamat datang ke rumahku", katanya.



Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.



"Silahkan diminum, Pak", katanya sopan, "Aku juga sekalian pamit, Bu", katanya kepada Mei.





"Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh."





"Biar masuk sore aja, Bu", kata Mei, "Aku di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an."



Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.



"Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu", katanya sambil menepuk pahaku.



Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.



"Santai saja, anggap di rumah sendiri", lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.



Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Mei membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.



Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan. Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahiku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.



"Aku tahu, Ardy suka", katanya sambil duduk di sampingku, "Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Ardy tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita."



Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.



Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak. Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.



Tangannyapun menerobos celana dalamku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan isteriku. Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Mei. Ia pasti akan ketagihan.



"Au.. Besarnya", kata Mei sambil mengelus lembut kemaluanku.



Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku. Segera setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan BH.



"Ayo ke kamar", bisiknya, "Kita tuntaskan di sana."



Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalamnya.



Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya. Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.



"Ngapain hanya lihat tok," protesnya.





"Aku kagum akan keindahan tubuhmu", sahutku.





"Semuanya ini milikmu", katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.



Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotnya. Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.



Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.



"Auu.." erangnya, "Oh.. Oh.. Oh.." jeritnya semakin keras.



Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu. Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.



"Aaa.. Auu.. Ooo..", jeritnya keras.



Aku tahu tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aku tak ingin menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi sedikit tetapi sangat nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku. Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras.



Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahinya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.



Kudorong tubuh bahenon nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang seperti kepinding.



"Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan!" jeritnya.



Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!



Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya. Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.



Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.



"OH..", erangnya, "Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!"



Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aku akan orgasme.



"Aku mau keluar, Mei", bisikku di sela-sela nafasku memburu.





"Aku juga", sahutnya, "Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam."



Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya. Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita sejak kematian isteriku. Dan ternyata wanita itu adalah Mei yang cantik bahenol dan seksi.



Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena birahinya telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.



"Ardy, kamu hebat sekali, sayang", katanya, "Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini."





"Mei juga luar biasa", sahutku, "Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini. Mei tidak menyesal bersetubuh denganku?"





"Tidak", katanya, "Aku malah berbangga bisa menjadi wanita pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti?"





"Tentu saja mau", kataku, "Bodoh kalau nolak rejeki ini." Ia tertawa.





"Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku," lanjutnya, "Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?"




"Tentu.. Tentu..", balasku cepat.





"Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan", katanya.



Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan.



Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu. Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi. Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya. Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.



Satu malam di kamar tidurnya. Setelah beberapa kali orgasme iseng aku menggodanya.



"Mei", kataku, "Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini bisa menikmati tubuhmu bahenol, seksi, putih dan mulus seorang wanita Cina."



Ia malah tertawa. tahu apa jawabannya? "Tulisan yang paling indah di atas kertas putih justru harus dengan tinta hitam."